PERSAHABATAN
YANG TAK TERLUPAKAN
Hari yang cerah untuk pergi berangkat ke sekolah.
Aku berangkat pukul 06.00 dari rumah menaiki sepeda ontel pemberian ayahku.
Rumahku cukup dekat dengan sekolah hanya berjarak kira-kira 500 meter. Aku
menggoes sepedaku dengan penuh semangat dan penuh dengan rasa kegembiraan.
Tidak terasa, aku sampai disekolah pukul 06.30.
Bel berbunyi “Kring…kring…kring…” waktu menunjukan pukul
07.00 tanda pelajaran akan segera dimulai, aku dan teman-teman sekelasku masuk
ke kelas dengan tertib dan rapi. Lalu ketua kelas menyiapkan anggota kelasku
untuk memberi salam kepada guru yang masuk. Hal itu memang sudah menjadi aturan
disekolah ku. Hari itu adalah jadwal untuk Ulangan Bahasa Indonesia, semua
siswa dilarang mencotek dan harus tertib dalam suasana ulangan. Waktu ulangan
pun telah selesai, ulangan berjalan dengan tertib dan lancar.
Tak lama kemudian bel istirahat pun berbunyi, semua
siswa pergi ke kantin. Aku, Cindy, Sisil dan Yuni pergi ke perpustakaan untuk
membaca buku. Kami pergi bersama-sama dengan perasaan gembira. Lima belas menit
kami di perpustakaan lalu kami pergi ke kantin untuk makan. Cindy adalah teman
yang paling baik, karena dialah yang sering mentraktir makan aku di kantin.
Saat istirahat Sisil dan Yuni pergi ke kelas
terlebih dulu dibandingkan aku dan Cindy “aku sama Yuni kekelas duluan ya…”
ucap Sisil dengan senyuman nya yang manis, lalu Cindy menjawab “Oke…”.
Sebenaarnya mereka kekelas duluan karena mereka belum mengerjakan pekerjaan
rumah yang harus dikumpulkan setelah jam pelajaran terakhir. Dikelas mereka
memiliki niat jahat kepadaku. “Sil, kita menyalin tugas punya Clara aja yuk…dia
kan paling rajin kalau soal ngerjain tugas” ucap Yuni, “bener juga kamu si,
ayuk” jawab Sisil.
Ternyata, mereka mengambil buku ku secara diam-diam
untuk menyalin pekerjaan rumah yang dikerjakan olehku. Setelah aku dan Cindy
kembali ke kelas buku ku tidak ada didalam tas. “bukuku dimana ya, perasaan aku
tadi memasukannya ke dalam tas”, lalu ucapanku pun dijawab oleh Cindy
“ketinggalan mungkin atau kamu lupa menaruhnya”. Lalu aku bertanya kepada Sisil
dan Yuni, dan mereka menjawabnya “tidak” dengan kompak. Karena buku ku hilang
aku melapor pada wali kelasku. Wali kelasku menggledah semua tas yang ada di
kelas dan ternyata bukuku berada didalam tas Yuni.
Kemudian, Sisil dan Yuni akhirnya dipanggil oleh guru
Bimbingan Konseling karena diduga mencuri buku tugas ku, disekolah kami ada
aturan tertentu dan juga setiap kesalahan ada kredit point nya masing-masing,
lalu mereka diberi kredit point sebesar 20. Itu adalah hukuman bagi siswa yang
suka mencuri barang milik orang lain. Lalu, Cindy sebagai teman baikku pun
tidak bisa tinggal diam. Dia ikut turun tangan dalam masalah ini ”Sisil, Yuni
kalau mau meminjam buku untuk mengerjakan tugas itu harusnya kamu berbicara
atau meminta izin kepada pemiliknya terlebih dahulu” kemudian mereka
membalasnya dengan wajah kesal kepada Cindy.
Dalam hati Sisil berbicara “sebel banget diceramahin
sama si Cindy yang sok itu” Setelah masalah ini, Sisil dan Yuni menjauhi aku
dan Cindy karena kesal denganku telah melaporkan masalah ini ke wali kelas.
Persahabatan yang kita jalin selama ini hancur begitu saja. Tetapi, keesokan
harinya, Sisil dan Yuni menemuiku dan meminta maaf karena telah menyalin pekerjaanku
tanpa meminta izin. “Ra aku sama Sisil minta maaf ya atas kejadian kemarin,
kemi menyesal. Soalnya, kemarin kami lupa mengerjakan tugas itu jadi kami
terpaksa mengaambil buku mu tanpa memintaa izin terlebih dahulu”. Aku pun
memaafkan mereka dengan kelapangan hati. “ ya ngga papa kok, aku udah memaafkan
kalian dari kemarin tapi jangan diulangi lagi ya Sisil, Yuni”
Akhirnya
kami pun berteman dan bersahabat seperti dulu lagi. Jangan karena masalah kecil
dan kesalah pahaman, persahabatan dapat hancur begitu saja. Setelah masalah ini
selesai, ulangan bahasa Indonesia pun dibagi dan kami mendapatkan nilai yang
sungguh memuaskan.
Satu
minggu setelah hasil ulangan Bahasa Indonesia dibagikan kami membuat kelompok
belajar untuk menghadapi UTS “sebentar lagi kan akan diadakan UTS, gimana kalau
kita membuat kelompok belajar?” usulku, Sisil dan Yuni menjawab “aku si oke oke
aja si, gimana denganmu Cin?”, “oke aku setuju…” jawab Cindy. Singkat cerita
aku, Cindy, Sisil, dan Yuni pun belajar dengan bersungguh-sungguh dan kami
belajar bersama-sama. Waktupun tiba untuk UTS, kami semua mengerjakan UTS
dengan sangat hati-hati, sungguh-sungguh dan kami juga menanamkan nilai
kejujuran karena kami ingin nilai yang bagus.
UTS
hari pertama sangatlah berjalan dengan lancar tanpa ada kejanggalan diantara
kami. “aku pulang dulu ya gays” sapa ku, “aku boceng kamu ya Ra, aku ngga bawa
sepeda soalnya ban sepedaku tadi pagi bocor, ngga papa kan?” minta Yuni. “ ya…ayuk
ngga papa kok, aku malah seneng kalau ada temen pulang sekolah” jawab ku. Cindy
yang pulang bersama Sisil karena rumah mereka searah. “Sini mampir dulu Yun”
ajak ku, “kapan-kapan aja lah Ra aku mau belajar buat jadwal UTS dulu biar
besok ngga gugup dan ngga ragu buat njawab soal” jawab Yuni “ya udah, aku juga
mau belajar si buat jadwal UTS biar besok bisa njawab soal UTS dengan benar”
sahut ku, “ya…sampai besok ya Ra” jawab Yuni.
“ya...” jawab ku sambil berteriak, karena memang rumah kita hanya
berjarak berapa meter saja.
Paginya,
aku gugup sekali karena tadi pagi aku bangun kesiangan, aku mengayuh sepeda ku
dengan cepat agar tidak terlambat dan untungnya aku sudah sampai sekolah
sebelum bel masuk ruang UTS berbunyi.
Ternyata
hari berjalan begitu cepat, tidak terasa UTS sudah berakhir dan tinggal
menunggu hasilnya. Saat classmeeting hasil UTS pun dibagikan, kami merasa
penasaran dengan nilai UTS hasil kerja kami. “Aku ngga sabar nih buat lihat
hasil kerja keras kita” ucapku tidak sabar menunggu hasil UTS, “Aku juga nih
Ra, gimana kalau seandainya nilai kita itu jelek aduh takut deh” ucap Cindy,
“Cindy jangan kayak gitu dong aku jadi takut nih” jawab Yuni.
Dan
akhirnya, tidak sia-sia kami membuat kelompok belajar, membahas soal untuk UTS
bersama-sama dan belajar bersungguh-sungguh, ternyata hasil yang kami dapat sebanding
dengan semangat belajar kami karena hasil yang kami dapat sangat bagus dan
memuaskan. Persahabatan kami begitu indah.
Pertemanan
kita tidak sia-sia dan sangat berharga walaupun banyak perpecahan dan sering
kali menggoreskan luka tetapi semua itu sudah kami lalui dengan penuh
keikhlasan dan kejujuran, dan persahabatan kami berbuah menjadi pertemanan yang
tidak terlupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar